Cari di Blog Ini

Selasa, 28 Maret 2023

Tuberkulosis Bukan Aib, Tuberkulosis Bukan Kutukan

Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan Tuberkulosis. Tuberkulosis atau disebut juga TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, namun tidak jarang pula bakteri dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya. Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain paru-paru perlu dibedakan dengan TBC biasa. Pada TBC biasa, bakteri hanya menyerang paru. Sementara itu, ketika bakteri menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang, sendi, kelenjar getah bening, atau selaput otak, kondisi tersebut dinamakan dengan TBC ekstra paru.

Berbagai metode pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis penyakit ini sudah banyak ditemukan. Pengobatan penyakit ini biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan untuk melawan infeksi dan mencegah risiko terjadinya resistensi antibiotik. Begitupun dengan pencegahan, sudah banyak metode yang ditemukan antara lain pemberian Terapi Pencegahan TBC dan vaksinasi. Akses pelayanan kesehatan juga sudah semakin luas. Fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta sudah banyak yang dapat melayani penderita TBC.

Gejala TBC yang paling umum dan mudah dikenali adalah batuk berkepanjangan dan > 2 minggu serta demam tanpa sebab dan berkeringat di malam hari. Namun, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa penyakit TBC ini adalah suatu aib dan penyakit kutukan. Masyarakat mengenal TBC sebagai penyakit menular yang ditakuti. Jika terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita TBC biasanya akan dirahasiakan, karena malu diketahui orang lain dan dianggap aib dan kutukan. Stigma buruk terhadap penderita TBC membuat masyarakat menutup diri dari perawatan yang semestinya. Muncul semacam keengganan untuk berobat, atau berobat namun dilakukan secara sembunyi-sembunyi membuat penanganan tidak bisa optimal. Penderita TBC biasanya beralih ke pengobatan alternatif secara sembunyi-sembunyi dalam upaya penyembuhan TBC yang dideritanya. Padahal kunci utama untuk TBC bisa disembuhkan total adalah dengan menjalani pengobatan medis yang tepat. Penderita TBC perlu minum obat anti tuberkulosis (OAT) sesuai dengan aturan pengobatan yang dianjurkan dokter dan dengan aturan yang berlaku.

Untuk menghilangkan stigma negatif tersebut, peran serta dan dukungan yang dimulai dari tingkat keluarga sangat penting. Dukungan keluarga memiliki peranan yang besar dalam hal memberikan dorongan berobat kepada penderita. Keluarga yang pertama tahu tentang kondisi sebenarnya dan yang paling dekat atau berkomunikasi setiap hari dengan penderita. Dorongan anggota keluarga untuk berobat secara teratur, adanya dukungan keluarga yang menjalin hubungan yang harmonis dengan penderita, dan membantu penderita patuh dalam minum obatnya. Dukungan keluarga juga sangat berpengaruh pada kepatuhan minum obat penderita TBC.

Selanjutnya, diperlukan juga peran tenaga kesehatan dan lintas sektor dalam menghilangkan stigma negatif dari penyakit TBC, yaitu penguatan respon layanan kesehatan, menciptakan lingkungan bersahabat bagi pasien, edukasi masyarakat terkait TBC untuk menghapus stigma negatif, serta memperkuat peran komunitas untuk menciptakan lingkungan tanpa stigma dan diskriminasi TBC.

Meskipun TBC adalah penyakit menular, penderita TBC tidak untuk dijauhi. Penderita TBC memerlukan dukungan untuk memulai pengobatan dan menjalaninya hingga tuntas.

TBC tetap menjadi penyakit berbahaya yang perlu segera mendapatkan penanganan. Tindakan-tindakan pencegahan pun perlu dilakukan untuk menghindari kerugian, baik fisik, mental, maupun materi.

Segera periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta jika merasakan gejala TBC. Kenali gejalanya, dapatkan penanganan yang tepat, serta hapus stigma negatif tentang penyakit TBC mulai dari diri sendiri dan di dalam keluarga. <Penulis>

3 komentar: