Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan Tuberkulosis. Tuberkulosis atau disebut juga TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, namun tidak jarang pula bakteri dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya. Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain paru-paru perlu dibedakan dengan TBC biasa. Pada TBC biasa, bakteri hanya menyerang paru. Sementara itu, ketika bakteri menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang, sendi, kelenjar getah bening, atau selaput otak, kondisi tersebut dinamakan dengan TBC ekstra paru.
Berbagai metode
pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis penyakit ini sudah banyak
ditemukan. Pengobatan penyakit ini biasanya membutuhkan waktu beberapa
bulan untuk melawan infeksi dan mencegah risiko terjadinya resistensi
antibiotik. Begitupun
dengan pencegahan, sudah banyak metode yang ditemukan antara lain pemberian
Terapi Pencegahan TBC dan vaksinasi. Akses pelayanan kesehatan juga sudah
semakin luas. Fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta sudah banyak yang
dapat melayani penderita TBC.
Gejala TBC yang paling umum dan mudah dikenali adalah
batuk berkepanjangan dan > 2 minggu serta demam tanpa sebab dan berkeringat
di malam hari. Namun, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa
penyakit TBC ini adalah suatu aib dan penyakit kutukan. Masyarakat mengenal TBC sebagai penyakit menular yang
ditakuti. Jika terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita TBC biasanya
akan dirahasiakan, karena malu diketahui orang lain dan dianggap aib dan
kutukan. Stigma buruk terhadap penderita TBC membuat masyarakat menutup diri
dari perawatan yang semestinya. Muncul
semacam keengganan untuk berobat, atau berobat namun dilakukan secara
sembunyi-sembunyi membuat penanganan tidak bisa optimal. Penderita TBC biasanya
beralih ke pengobatan alternatif secara sembunyi-sembunyi dalam upaya
penyembuhan TBC yang dideritanya. Padahal kunci utama untuk TBC bisa disembuhkan total adalah dengan menjalani
pengobatan medis yang tepat. Penderita TBC perlu minum obat anti tuberkulosis
(OAT) sesuai dengan aturan pengobatan yang dianjurkan dokter dan dengan aturan
yang berlaku.
Untuk menghilangkan stigma negatif tersebut, peran
serta dan dukungan yang dimulai dari tingkat keluarga sangat
penting. Dukungan keluarga memiliki peranan yang besar dalam hal
memberikan dorongan berobat kepada penderita. Keluarga yang pertama tahu
tentang kondisi sebenarnya dan yang paling dekat atau berkomunikasi setiap hari
dengan penderita. Dorongan anggota keluarga untuk berobat secara teratur,
adanya dukungan keluarga yang menjalin hubungan yang harmonis dengan penderita,
dan membantu penderita patuh dalam minum obatnya. Dukungan keluarga juga sangat
berpengaruh pada kepatuhan minum obat penderita TBC.
Selanjutnya, diperlukan juga peran tenaga kesehatan
dan lintas sektor dalam menghilangkan stigma negatif dari penyakit TBC, yaitu penguatan respon layanan kesehatan, menciptakan
lingkungan bersahabat bagi pasien, edukasi masyarakat terkait TBC untuk
menghapus stigma negatif, serta memperkuat peran komunitas untuk menciptakan
lingkungan tanpa stigma dan diskriminasi TBC.
Meskipun TBC adalah penyakit menular, penderita TBC tidak untuk dijauhi.
Penderita TBC memerlukan dukungan untuk memulai pengobatan dan menjalaninya
hingga tuntas.
TBC tetap menjadi
penyakit berbahaya yang perlu segera mendapatkan penanganan. Tindakan-tindakan
pencegahan pun perlu dilakukan untuk menghindari kerugian, baik fisik,
mental, maupun materi.
Segera periksakan
diri ke fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta jika
merasakan gejala
TBC. Kenali gejalanya, dapatkan penanganan yang tepat,
serta hapus stigma negatif tentang penyakit TBC mulai dari diri sendiri dan di
dalam keluarga. <Penulis>
#TOSSTBC
BalasHapus#AkhiriTBC2030
BalasHapusMantapssss
BalasHapus